Ah, ampun. Ternyata musim menyapaku lebih cepat. Tapi aku ingin menuntaskan dengan tepat. Maka mohon, biarkan aku mencuat. Jadi, dia menyuratkan kesiapannya. Kesiapannya untuk perempuan lain. Bukan aku. Teman lama disudut hari nya. Seseorang yang seringkali menjadi lawan saingnya yang ternyata tidak seberapa yang dulu selalu siap sedia telinga berjam-jam mendengar ceritanya, mimpi-mimpinya, keluh kesahnya. yang-harus kuakui-selalu menerima perlakuan yang sama, dua bahkan empat kali lipatnya. lalu, aku dengan bodohnya begitu cepat menamai hubungan kita melabeli dengan tag yang dulu kurasa tepat, mengingat hatiku belum sepenuhnya seiya sepakat maka, saat itu kurasa pagar bernama sahabat cukup untuk saling mengikat dan yah, terbukti sudah, dua insan, adam dan hawa memang tidak pernah dicipta dengan dasar sahabat atau teman semata. waktu mampu menggiring untuk lebih, pada ikatan yang suci atau menepi sebatas rekan, kawan seperjalanan menuju