Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Random chat

Sepagi ini kerjaan SMA 17B dan 13assy udah oke, masih ada beberapa yang #N/A tapi yaudah, ditinggalkan saja, karena semua usaha udah dilakukan 😅 Akhirnya, bisa ngeshare random chat. Random chat nya ngebikin senyum senyum sendiri baca nya. Suka ga habis pikir, nih kenapa orang-orang mendadak jadi gini 😅  Yang ini chat terandom dari manager. Lelah mereun ya, beberapa waktu terakhir ngurusin report dan sto dan temuan audit, sampai gabisa jengukin anaknya di Balaraja bulan ini. Terus pagi-pagi ngomongin momen yang z suka. Momen ketika bulan baru muncul lalu hujan mulai turun. Jangan tanya apakah ini memungkinkan secara ilmiah atau ngga, tapi selama ini, biasanya, sebelum hujan suka mendung, dan kalau mendung gabisa lihat bulan 😅  Dua chat selanjutnya adalah kerandoman Eta dan Kujit. Mendadak ngeposesifin. Dulu-dulu nya emang udah pada posesif, tapi gak seterbuka ini poses nya. Lucu aja sih, nih orang udah pada jauh, teteup weh poses, gimana kalau deket 😅 Dan secara

Zia menurut Zikra

Zikra (Kujit) said, "I know you so well, Kak!" Menurut Kujit, Z tidak sepenuhnya ekstrovert. Semua orang juga seperti ini. Meskipun salah satu diantara keduanya (ekstrovert/introvert) pasti ada yang lebih dominan. Namun, menurutnya, bagi Z, sisi introvert nya tidak kalah kuat dengan ekstrovertnya. Dengan catatan tambahan, sisi ini hanya bisa dilihat oleh orang-orang terdekat saja. Oleh mereka yang benar-benar ada di lingkungan terdekat z, membersamai banyak waktu z. Katanya lagi, sebenarnya z tidak punya banyak orang terdekat. Sederhananya, kalau lah dia sudah menjadi apa yang z baca dan z ceritakan, maka dia termasuk ke bagian sedikit orang terdekat . Lebih lanjut, Kujit menjelaskan, dari luar z terlihat seperti bisa bergaul dengan mudah, bisa komunikasi dengan baik, bisa berteman dengan banyak orang, namun sebenarnya z tidak menganggap mereka sebagai benar-benar teman . Kebanyakan diantara mereka hanya sebatas kenalan atau rekan. Bagi z, teman adalah saat dia mamp

pamit

Dalam fantasi ku, kau bersemayam. Tersenyum hangat ke arahku Dalam imaji paling liar ku, kau tengah bersanding dengan cincin melingkar menghias jari manis, kopiah merah khas baju adat minang membalut tubuhmu yang tak begitu berisi. Baik keduanya, wajahmu tetap berbingkai senyum. Deret gigimu semakin banyak kau tunjukkan selang berganti tamu yang datang. Entah senyum itu untukku atau bukan, aku bahagia. Aku yakin kau pun sama. Entah kau sadar atau tidak, aku hadir. Bermaksud mengucap salam perpisahan yang paling akhir. Barangkali hanya kucing dapur yang terusik akan datangku tadi, ditambah seorang bayi laki-laki, keponakanmu yang seketika menangis histeris. Selainnya tak ada. Kau bahkan tak lagi acuh saat sekian banyak orang dengan santainya menghadangku, berlalu melewatiku. Senyum mu masih tak jua luntur. Barangkali hanya temannya kucing dapur yang tak sengaja lewat, terkejut lalu mengibas ekor yang tau hadirku tadi. Ditambah seorang ibu hamil yang terkesiap saat ku beranjak pe

Uda

Belakangan cerita tentang Uda memenuhi beberapa laman. Beberapa postingan memuat Uda, beberapa kisah yang tak selesai ditulis pun ada Uda, satu dua puisi pun berkias tentang Uda. Apa yang membuat Uda menjadi seringkali muncul di beberapa waktu terakhir? Adakah aku tengah mengulang fase cerita lama? Tidak. Uda kerap kali muncul karena eksistensinya selama 2bulan terakhir benar-benar ada pada hal-hal major. Ataupun hal-hal kecil yang bagiku bisa menjadi spesial karena jarang kudapati pada orang lain. Uda bukan tipikal laki-laki yang akan memberikan jaketnya padaku, meski ia telah bertanya "apa kamu kedinginan?" dan kujawab "ya ". Dia pun bukan tipikal yang mengambil peran sebagai big brother pada umumnya, yang akan mengeluarkan kalimat bijak untuk menasehati atau bersikap selalu melindungi.  Hal standar saja, saat tengah menyeberang jalan yang terlalu ramai, jika aku bersama dengan orang-orang yang mengambil peran sebagai big bro seperti bg Yan atau mas Zaki, mer

Koala and duo Musketeers.

Bulan lalu, menikmati wangi Bandung dan mengucapkan salam perpisahan. Berterimakasih untuk lebih dari 4tahun mengizinkan aku menjadi satu diantara banyak manusia yang mendiami tanahnya, menghirup udaranya, mengomentari ini itu kemacetannya dst.  Bulan lalu, lepas Idul Adha ke8 yang kujalani tanpa mama papa dan adek, lengkap dengan perasaan sedih karena harus mengucapkan perpisahan juga untuk seseorang yang dengan baik nya datang dan bersedia menjadi teman ditempat asing: pekerjaan. Meski pada akhirnya, aku bersyukur karena ternyata kita belum benar-benar harus berpisah, tapi rasa malu tidak bisa diredam lagi. Sukses untuk menghindarinya, mendiamkan hadirnya, salah tingkah lalu akhirnya menyerah dan mengutarakan semua kekesalan yang berbalut bahagia itu. Dia tidak jadi pergi. Kita belum harus berpisah. Dalam 2bulan pertemanan kita, awal bulan lalu, Idul Adha itu, adalah salah satu momen yang terlalu dalam tersimpannya. Terlalu rapih dan sudah mengambil tempat permanennya. Meski