Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Goodbye crush!

Butuh waktu beberapa minggu setelah aku (merasa) berdoa sungguh-sungguh, sepenuh hati, kepada Rabb ku untuk memberiku alasan agar berhenti dari rasa mengagumi sepihak ini, sebelum doaku perlahan diberikan titik terang. Barangkali tangisku yang seperti ini akan menjadi semakin sering, meningkat intensitasnya pabila kita bersama. Apabila aku memaksakan diri untuk menjadi yang sesuai bagimu. Dan ternyata memang, mengenal dalam waktu lama tidak pernah membohongimu pada dampak ketika kamu bercerita, berkeluh kesah pada oranglain. Seorang teman lama, yang membersamaimu dari jauh baik diwaktu senang hingga di titik terendah hidupmu, tau bagaimana cara menasehatimu, memberimu semangat, atau meredam hypertension mu tanpa melukai hatimu. Tanpa mencederai ego mu terlalu parah. Tanpa membuatmu terlihat menyedihkan. Sedang seorang lainnya, yang hadir dalam waktu singkat namun segera (terlihat) sesuai dengan yang kamu cari selama ini, masih mampu membuatmu terluka parah. Mungkin karena

yang sarat emosi.

Belakangan saat mengenal kata galau, baper, dan sensi, apa-apa yang seseorang lakukan selalu saja ada yang memaknai demikian. Apa rasa empati mulai pudar? Apa musisi tak lagi menulis lirik lagu syahdu yang sendu? Apa pelukis tak pernah lagi melukis luka hingga tangis? Apa emosi di muka bumi hanya sisa rasa senang saja?Apa semua kejadian hanya yang melibatkan tawa bahagia saja? Wah palsu sekali. Lalu pasti akan muncul pembelaan seperti ini: "ya kalau bisa memilih untuk menunjukkan emosi positif kenapa harus menampilkan yang negatif? Kalau bisa bahagia kenapa harus sedih? Kalau bisa kuat dan menguatkan kenapa harus lemah?" Lupa kah kamu bahwa yang satu ada karena terdapat pembandingnya? bahwa sejak dulu kala dunia seputar yin dan yang. bahwa hidup itu tentang dualitas (bahkan lebih), tentang keseimbangan bahwa senang ada karena sedih pun dicipta positif muncul karena ada negatifnya bahkan malaikat pun ada lawan nya yang baik dikatakan baik karena ada pemb

Serangkum kisah

Setelah sekian waktu berusaha keras untuk menutup paksa sebuah kisah, Aku disini, selesai menyusut sisa tangis 2jam lalu. Selesai melipat kembali sajadah dan mukena putih, lalu menghampar di lantai. Menopangkan punggung pada pinggiran kasur, menaikkan volume musik agar kamar terasa sedikit berisik, cukup untuk meredam sedu sedan, dan menyiapkan segelas tinggi air putih, berjaga barangkali kerongkongan ku perih menelan dalam-dalam serak tangis dan suara teriak tertahan. Maka, ku mulai menulis kisah lalu itu di lembar ini. ... Lepas dari aku menamai perjalanan itu sebagai sebuah perpisahan, lepas dari aku mengetahui siapa yang tengah ku temani, lepas dari aku mengakui bahwa aku tengah mengagumi, lepas dari aku memberikan petunjuk pada rasa kagum itu, dan tak berbalas Aku telah mundur, semata karena tidak ingin berjuang di medan yang salah, sesederhana karena mengumpamakan jika aku ada di posisi wanitanya , seyakin-yakinnya telah salah tempat Seolah paham, atau barangk