bagaimana mungkin aku bisa membopongmu jika untuk berdiri pun aku sudah tak mampu bagaimana mungkin aku merangkulmu sedang tanganpun sudah kelu bagaimana mungkin aku menyimakmu bercerita sedang telingapun aku sudah tak punya bagaimana mungkin aku kehilangan semua semangat dalam satu waktu tergerus utuh seluruhnya tanpa sisa kau tau, airmata pun kini enggan datang kemana pergi nya burung gereja yang dulu terlalu sering mampir menemani jalan pulang mengakhiri sore di guguran daun mahoni menapaki waktu di jalan aspal bercabang dua kemana perginya gurauan kecil pengundang gelak di kala langkah kaki menyusuri pulang kemana hinggap manisnya doa dari ukhuwah yang dulu direguk bersama ... pupus