Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Menanti tanya

Tengah berada di titik goyah. Bukan karena tak yakin, tapi lebih kepada merasa kurang aman dengan posisi saat ini. Rasanya mau terusik tapi belum memiliki kepastian. Bukankah sejak awal sudah dimaktubkan bahwasannya kita tak hendak menjadi penghalang bagi yang ter-tepat untuk satu sama lain, apabila kita tak sejalan?  Lalu saat terlintas ingin berbagi keluh kesah, hendak meminjam waktu, sebagian memori, dan telinga sang penanti, dia kini mulai memasang pagar-pagar tinggi melingkupi dirinya sekeliling. Masih disisakannya celah terbuka di gerbang, namun langkahku urung tergerakkan. Katanya, boleh, saat ku izin meminjam semua dari nya yang ia punya, waktu, memori, dan telinga. Tapi, hanya sampai tiba saatnya salah satu diantara kita saling menemukan tempat berlabuh. Karena jika saat itu tiba, tak elok pabila kita masih menjadi yang saling menanti dan menyediakan. Menanti kabar dan cerita, menyediakan waktu untyk mendengarkan. Bukankah sudah ada tempat berlabuh, tempat semuanya harus

A lullaby: sebuah cerpen

Kemarin setelah dua bulan terakhir seringkali benar-benar merasa lelah mental dan jiwa, butuh untuk dikuatkan, akhirnya mengakui juga.  "aku capek mas.." Yang mendengarnya hanya diam, membenarkan posisi nya agar cukup nyaman untukku bersandar, semakin jauh mengantarkan lelah itu untuk dipikulnya pula.  "kok ga tanya kenapa aku capek?" Kesalku menanti suaranya yang tak urung muncul. Hanya jemari nya yang sibuk menyelami sela rambutku.  "capek kenapa?" Akhirnya dia bertanya.  "gatau. Aku gatau kenapa" Gelak tawa nya pecah. "makanya mas gamau tanya kenapa. Pasti gini nih jawabannya" lanjutnya sembari menjawil puncak hidungku.  Seketika kerucut sempurna, menyerungut sudah wajahku mendengar kalimatnya itu. Namun semakin kucerna pula kalimat tanya itu.  Sekalimat yang telah dari dulu ingin ku tau jawabnya apa. Karena tak kunjung paham hingga frustasi sendiri, setelah ulang berulang tarikan napas panjan

untuk Rani.

"zi, ada undangan dari Rani" "buat siapa? Mas?" "buat kita" Sepotong chat wa malam itu dan sebuah foto undangan bertuliskan Rani & Dedeh menjadi pembuka tulisan kali ini. Setelah lama tak muncul, ada banyak sungguh yang ingin dituliskan, namun acapkali tak menemukan ujung hingga berakhir di folder draft saja. Om Eko dan Uni, begitu tulisan lainnya di sampul depan undangan. Ada yang menelisik di relung malam itu. Melepas seseorang yang dikenal dalam waktu singkat namun dekat, dan menerima untuk yang pertama, yang di alamatkan berdua. Bersama satu nama lainnya, (semoga menjadi satu-satu nya, dan tak lagi menerima hal lain dengan bersanding pada nama yang lain lagi setelahnya). Rani si anak SMA, perempuan manis yang suasana hatinya dulu tak serupa apa pun. Bila tersingkap ingin hujan, sedih lah dia. Mengurung diri di kamar, menebar banyak status galau. Bila bahagia, kalah pun toa mesjid dibanding suara ceria nya kala itu. Dari depan ge