Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Kata zia tentang teman

Apa zia punya teman? Punya, kalau kata z mah. Tapi sedikiiit banget. Punya kenalan cukup banyak, kenalan dari jaman tk-kerja. Mungkin juga banyak orang yang menganggap z teman. Tapi untuk orang-orang yag benar-benar z masukkan ke list teman, sungguh sedikit.  Kenal bertahun-tahun belum tentu dia teman.  Kenapa teman z sedikit? Karena z pelit. Buat z punya teman itu ya harus diurusin. Disaat senang atau susah, sedih atau bahagia, sakit atau sehat, jauh ataupun dekat. Harus tetap di maintain. Dan z ga punya energi yang ga ada habisnya untuk ngurusin itu semua. Itu alasan kenapa yang z anggap teman sedikit.  Alasan lain nya, demi menjaga kewarasan diri. Punya teman banyak tuh berpotensi membuat z gak waras. Karena kepribadian z yang tidak suka konflik mengarahkan z ke perilaku mengalah, memendam banyak hal yang tidak z suka, hingga meng-ya udah-kan banyak hal supaya menghindari konflik, maka punya banyak teman dengan banyak pemikiran, banyak kepala, banyak excuse, tentu s

Menanti tanya

Tengah berada di titik goyah. Bukan karena tak yakin, tapi lebih kepada merasa kurang aman dengan posisi saat ini. Rasanya mau terusik tapi belum memiliki kepastian. Bukankah sejak awal sudah dimaktubkan bahwasannya kita tak hendak menjadi penghalang bagi yang ter-tepat untuk satu sama lain, apabila kita tak sejalan?  Lalu saat terlintas ingin berbagi keluh kesah, hendak meminjam waktu, sebagian memori, dan telinga sang penanti, dia kini mulai memasang pagar-pagar tinggi melingkupi dirinya sekeliling. Masih disisakannya celah terbuka di gerbang, namun langkahku urung tergerakkan. Katanya, boleh, saat ku izin meminjam semua dari nya yang ia punya, waktu, memori, dan telinga. Tapi, hanya sampai tiba saatnya salah satu diantara kita saling menemukan tempat berlabuh. Karena jika saat itu tiba, tak elok pabila kita masih menjadi yang saling menanti dan menyediakan. Menanti kabar dan cerita, menyediakan waktu untyk mendengarkan. Bukankah sudah ada tempat berlabuh, tempat semuanya harus

A lullaby: sebuah cerpen

Kemarin setelah dua bulan terakhir seringkali benar-benar merasa lelah mental dan jiwa, butuh untuk dikuatkan, akhirnya mengakui juga.  "aku capek mas.." Yang mendengarnya hanya diam, membenarkan posisi nya agar cukup nyaman untukku bersandar, semakin jauh mengantarkan lelah itu untuk dipikulnya pula.  "kok ga tanya kenapa aku capek?" Kesalku menanti suaranya yang tak urung muncul. Hanya jemari nya yang sibuk menyelami sela rambutku.  "capek kenapa?" Akhirnya dia bertanya.  "gatau. Aku gatau kenapa" Gelak tawa nya pecah. "makanya mas gamau tanya kenapa. Pasti gini nih jawabannya" lanjutnya sembari menjawil puncak hidungku.  Seketika kerucut sempurna, menyerungut sudah wajahku mendengar kalimatnya itu. Namun semakin kucerna pula kalimat tanya itu.  Sekalimat yang telah dari dulu ingin ku tau jawabnya apa. Karena tak kunjung paham hingga frustasi sendiri, setelah ulang berulang tarikan napas panjan

untuk Rani.

"zi, ada undangan dari Rani" "buat siapa? Mas?" "buat kita" Sepotong chat wa malam itu dan sebuah foto undangan bertuliskan Rani & Dedeh menjadi pembuka tulisan kali ini. Setelah lama tak muncul, ada banyak sungguh yang ingin dituliskan, namun acapkali tak menemukan ujung hingga berakhir di folder draft saja. Om Eko dan Uni, begitu tulisan lainnya di sampul depan undangan. Ada yang menelisik di relung malam itu. Melepas seseorang yang dikenal dalam waktu singkat namun dekat, dan menerima untuk yang pertama, yang di alamatkan berdua. Bersama satu nama lainnya, (semoga menjadi satu-satu nya, dan tak lagi menerima hal lain dengan bersanding pada nama yang lain lagi setelahnya). Rani si anak SMA, perempuan manis yang suasana hatinya dulu tak serupa apa pun. Bila tersingkap ingin hujan, sedih lah dia. Mengurung diri di kamar, menebar banyak status galau. Bila bahagia, kalah pun toa mesjid dibanding suara ceria nya kala itu. Dari depan ge

Silent treatment

Bagi perempuan, tingkat jenuh, lelah dan emosi paling tinggi adalah mendiamkan. Paling tidak bagi perempuan seperti aku. Tapi diatas mendiamkan itu, ada satu cara yang lebih diatas lagi levelnya untuk membalas apa yang kulakukan: balik mendiamkan. Entah karena alasan apa, tapi tampaknya karena kamu pun bingung harus bagaimana menghadapi silent treatment ini, akhirnya kamu memilih untuk turut mendiamkan. Tau apa yang ku syukuri hingga hari ini? Meski aku dengan segala panas dingin emosi, naik turun mood nya, lalu berulang kali mendiamkan, hingga tidak ada pilihan lain selain kamu ikut mendiamkan, kamu tetap hangat. Dan itu menyebalkan. Aku dengan silent treamentku, dan kamu dengan diam mu. Tapi diikuti dengan menyempatkan diri membersamai aku yang diam, menyiapkan makanan kecil untukku, menyisihkan paling tidak 15menit senja itu untukku. Kamu menyikapi pendiaman ini dengan dewasa dan berhasil mempermalukan aku. Tapi tidak bisakah sikap bijak ini berlaku pada semua hal?

Introspection: introvert things

Tau kenapa aku sangat menikmati waktu sendiri? Benar-benar sendiri, meski tidak melakukan apapun, atau sekedar nonton tv, baca novel atau diam merenung dikamar. Asalkan tidak harus beramah tamah atau bersosialisasi dengan orang lain? Sederhana: karena semakin banyak berinteraksi dengan orang lain, maka semakin banyak aku terluka.  Terdengar frustasi sekali ya? Terdengar lebay. Tapi percayalah, aku sudah terlalu sering dikecewakan setiap kali berusaha membuka diri untuk bersosialisasi dan beramah tamah dengan orang lain diluar waktu reguler, diluar jam kerja atau waktu yang mengharuskan aku untuk bersosialisasi. Pada saat seperti itu aku merasa perlu menafsirkan ulang pengertian teman dan kenalan.  Contoh konkrit nya, ketika aku sakit, hingga benar-benar tidak bisa bangkit dari tempat tidur, tidak ada yang mau ikut bersusah payah untuk mengulurkan tangan sekedar membantu mengambilkan minum. Inisiatif? Apa itu? Kurasa tidak lebih dari harapan saja. Berharap teman

Teman baik, doa baik, yang terbaik.

Ceritanya ini mau sedikit berkeluh kesah. Tentang hubungan mama dan teman baik z.  Jadi z punya teman baik, anaknya santun, selama z kenal dia ibadahnya baik, ngobrolnya nyambung dan pernah menjadi yang z doakan dengan sangat baik. Pernah.  Lalu setelah banyak malam dengan doa-doa terbaik itu dilewati, komunikasi kita berjalan baik, dia mengenal mama dengan cukup akrab juga, kita berhadapan pada beberapa hal prinsip yang ternyata kurang sejalan. Dia tetap menjadi teman baik z yang santun, dan menjadi anak yang mama senangi juga, tapi sudah tidak lagi menjadi yang didoakan dengan sangat baik seperti sebelumnya di malam-malam yang z lewati setelah menyadari beberapa hal prinsip kita ternyata tidak sejalan.  Nah, penyakit hati z muncul beberapa waktu belakangan. Ketika z mulai mendoakan yang lain dengan baik pula. Dia, tetap menjadi teman baik yang z doakan dengan baik pula. Tapi tentu konteks doa nya sudah tak lagi sama. Penyakit hati z muncul ketika mama seolah menjadi puny

Terbaper (1)

Ceritanya lagi no loading banget, lalu bosen dan akhirnya ngegangguin si anak SMA ku ini. Curhat no loading beberapa hari ini tapi kayanya gak beberapa lama setelah mama Shincan pulang dari Thai bakalan nambah kerjaannya. Lalu dia bilang, "minta dibawain makanan aja, jangan kerjaan" dan berlanjutlah pemujiannya ke om-nya itu ketika ku ngebecandain, "boleh ga minta dibawainnya jodoh?". Dia manggil mas dengan sebutan om.  Rani: fans mas nomor satu.  Anak kecil yang paling disayang mas, karena emang dia nya manja dan apa-apa ya ngadu. Kalau lagi bosen ya ngegangguin mas. Dan mas dengan senang hati ngasih nasehat ke dia, beberapa kali juga curhatan Rani dijadiin dongeng pengantar tidur, alias Rani cerita, mas dengan selow nya tidur.  Btw, sebentar lagi pindahan ke Subang! Rani excited banget waktu ku minta dia buat ga pulang akhir mei karena ku mau pindahan dari tangerang. She said, "akhirnya setelah penantian panjang 😄" Ku jawab, "iya,

ngedrop.

Setelah jalan 9bulan, akhirnya drop juga :) Hari ini, Jumat 20 April 2019, untuk kali pertama ngga masuk kerja karena sakit. Kemarin izin cepat pulang dan periksa kerumah sakit. Selama  bulan terakhir, ini bukan kali pertama sakit, tapi kali ini sakitnya bener-bener ngebikin lemes, akhirnya memutuskan untuk libur dan izin ngga masuk. Ditanya sakit apa? Flu. Batuk, pilek, demam, sakit kepala, radang tenggorokan. Tadinya hari ini mau tetap berangkat, udah mandi, udah siap mau berangkat, sampai waktu mau pasang kaus kaki, ya Allah lemes banget, berdiri rasanya oleng, terus keringetan banyak banget kaya abis lari seharian, padahal cuma dikamar doang dan kamarnya ngga panas sama sekali. Itu aja z nya kedinginan tapi yang keluar malah keringet semua :( Kemarin dokternya bilang cuma butuh istirahat yang cukup. Padahal menurut z istirahatnya udah cukup banget kok. Emang sih sebulan terakhir kerjaannya banyak banget, sering pulang malem, tapi ya biasa saja *gamau terlihat lemah Perihal sa

fakir afeksi

Kuingin memulai tulisan kali ini dengan hawa agak panas dan sebel, maafkan 😔 Yaaa ku paham sih kadang sesekali kita menikmati diperhatikan oleh orang lain disekitar kita. Lalu karena ingin diperlakukan dengan agak manis sesekali kita memancing orang lain untuk tau keadaan kita dengan harapan mereka bisa memberikan afeksi yang tengah kita butuhkan. Tapi keadaan jadi agak malesin kalau kamu di posisi yang you have someone or some peops who can give you affection that you needddddd....... Kamu punya mamak/ibuk/bunda/ummi kamu punya abah/bapak/ayah/papa kamu punya kakak/mba/teteh/mas/abang/adik terlebih kalau kamu punya +1 tunangan/istri/suamik/ your spouse why oh why dude masih pamer ke khalayak ramai kalau kamu bete, kesal sama dunia, lagi meriang dikit... sadar ngga yang ngebikin gedheg nya dimana? di bagian kamu tuh udah ngadu-ngadu, terus udah diperhatiin, tapi tetap masih nyari perhatian lagi dengan pamer ke seisi dunia gimana kondisi kamu sekarang. kamu teh sebenernya lag

cheessy bites: Mas (part: 2)

Mau nulis yang agak cheesy, maafkan 😅 dan harap maklum ya.  Jadi ceritanya hari ini mood swingnya zia berulah lagi (iya salahin aja mood swing nya teroosss 😅). Sesore tadi bete garagara laper (tuhkan!) terus pulangnya telat. Yang bikin sebel adalah pulang dari kantor nya biasa aja, ga gitu telat, udah nyampe komplek perumahan juga dari jam 5an eh tapi mampir-mampir jajan dulu mas mba nya. Sebenernya biasa ajasih, toh tiap hari juga gitu. Malah kadang z ikutan jajan juga, ehtapiii karena mungkin tadi sore kelaperan tapi gamau jajan, mau nya masak dikosan, dan kebetulan banget sore ini mas mba jajan nya superr lama, akhirnya jadi bete. Lalu randomtalk sama mas nya, ngadu dengan intinya, "kenapa yaa kok ternyata z semenyebalkan itu? Makin kesini kok ya makin keliatan sifat nyebelin nya.." Terus curhatannya diikuti dengan sederet sifat jeleknya z yang z sadari dengan persis kalau sifat itu menyebalkan. Terus ditutup dengan kalimat sedih karena khawatir orang-oran

Weekend well spend, side story: Mas [part 1]

Hallooww!  Finally, after 2weeks over load beban kerjaan (lebaayy) dan stress akhirnya ku menikmati oase liburan sekejap and here i am, fully recharged ! Thanks to mama Shinchan yang memberiku waktu 2hours straight dengerin semua curhatan, keluh kesah dan dosa-dosa selama ngerjain kerjaan sebulan ini. Hari Jumat yang lalu, Jumat Agung bagi yang merayakan, yang sedianya tanggal merah di kalender nasional Indonesia, z masuk kerja. Tapi seperti yang sudah-sudah, pulang sekali sebulan ke Subang, meskipun kerja lalu pulangnya sore, selama disisipi dengan quality time sama babeh aka mama Shinchan yang hobi nya ngejitak mah, ga masalah. Seneng-seneng ajaa, bonus kalau pulang kerja nya dijemput Mas juga 😄 Bahagiaku receh, iya.  Alhamdulillahnya, pilihanku untuk tandatangan kontrak MT dengan alasan utamanya, akan bekerja dengan manajernya adalah mama Shinchan yang sudah berhasil memberi first impression yang menarik dan menantang untukku, ternyata ga salah. Beliau sejauh 8bulan ke

kata Zia tentang relesyensyip 1.

Kebiasaan kurang baik yang tidak perlu diikuti, disaat lelah-lelahnya ngerjain quotation, jenuh, stress sendiri dengan data yang revisi atau update tanpa kita tahu kapan akan finalnya, melipir sejenak ke medsos. Dulu, beberapa waktu yang lalu, ketika tumblr belum diblok, disana tempat pelarian paling nyaman dan berfaedah. Mendinginkan kepala yang disesaki dengan hitungan, analisa, rumus, due date dan sebangsanya. Namun belakangan, kembali menelusuri laman explore instagram menjadi sebuah pilihan utama. Meskipun tidak seberfaedah tumblr, tapi kalau lagi beruntung, ketemunya yang bisa cukup menghibur kok.  Kali ini nemu nya yang ngebikin mengernyitkan dahi. It's about relationship.  Ngobrolin, eh nulisin masalah relationship, dalam kamus z sesederhana hitam dan putih. Iya dan tidak. Kalau iya ya iya, kalau ngga ya ngga. Z tidak mengenal abu-abu. Karena urusan perasaan, hitam dan putih saja sudah mampu ngebikin capek, apalagi kalau harus ditambah dengan yang tidak jelas. Lalu

Aku dalam bentuk orang ketiga.

Kali ini "aku" akan membahas tentang, Bagaimana menangani mood Zia yang sedang kurang baik. Pastikan dia tidak dalam kondisi lapar, karena biasanya perubahan mood nya sesederhana karena dia lupa makan, lupa kalau tadi sudah lapar dan belum makan. Pastikan dia menyadari kalau dia tidak sendiri. Kalau kamu pun punya masalah sendiri yang harus diselesaikan sebelum membantu memperbaiki mood zia yang salah . Tapi pastikan untuk tidak pernah membandingkan besar kecil masalah yang kamu hadapi. Karena untuk orang-orang seperti zia masalahnya dianggap kecil oleh orang lain adalah hal paling menyedihkan. Karena percayalah, dia pun ingin bisa menganggap masalahnya sekecil itu. Pastikan dia menyadari dan mendapatkan stok kehadiran dan perhatian yang cukup. Mood nya akan lekas membaik sesimpel mendapatkan high five tiba-tiba dari seseorang yang melihatnya tengah kusut . Karena orang-orang seperti dia adalah orang yang cukup skeptis dengan maksud oranglain, maka pastikan untuk member

unfaedah convo

Kali ini bukan random chat, tapi beneran random convo pas lagi serius dan tegang campur kesal ngerjain quotation yang error mulu, mba Resti nyamperin. Katanya sih ada yang nitip salam. Tapi gatau deh siapa yang ngaku-ngaku nitip salam itu. Jadi awalnya karena terlalu sering di-cie-cie-in dengan siapapun yang statusnya masih single, entah itu di kantor Subang apa di Tangerang, jadi ya biasa aja. Beneran dianggapnya becanda doang. Sampai yang entah bagaimana asal mula nya, dari becandaan mulai jadi gosip penuh bumbu dan dugaan sana-sini. Mulai dari dugaan zia sudah punya pacar ldr-an di Jepang sampai punya calon pilihan Mama yang sudah siap mengkhitbah setelah lulus MT! Dibawa ketawa aja sih, kok ya dugaannya ngawur banget gitu yang berhembus di luaran sana. Padahal ga pernah cerita apa-apa terkait laki-laki kecuali seperlunya, itu juga cuma sama mba Li, mba Fir, dan mas Zaki. Tau-tau denger gosip punya pacar yang lagi di Jepang tuh asa gimanaa gitu. Takjub sendiri sih, jadi p

Seumpama kisah Ibu

Ditengah hectic-hectic nya ngerjain quotation, Lalu kemimpian yang menurut mama, mimpinya menunjukkan kebimbangan yang sangat, Lalu mulai memasuki fase lelah sendiri dengan cara komunikasi ini, Masih harus ditambah dengan kerinduan pada lingkungan ternyaman: pada Mama-Papa, Ayah-Ibu, Kak Uc-Kujit, Adek, Fik-Veggies-Gracie. Akhirnya terlintas random thought seperti ini: Seandainya aku dan kamu, --yang senantiasa berusaha menanggapi kalimat bersajak ku dengan kemampuanmu berkata-kata, yang jujur saja, seringpula terseok-seok karena bersikeras agar kita ada di satu frekuensi bahasa yang sama- yang bersama, saat ini, mungkin semua kalimat manisku akan berbalas. Hari-hari ku akan penuh dengan puisi. Akan sangat jarang sekali emoticon bermunculan di percakapan kita, bahkan saat aku tengah sedih atau kesalpun, tutur kata yang keluar adalah kalimat yang halus. Kamu akan memutar otak mencoba memahami arti sebenarnya dari kalimatku. Hingga kamu lelah lalu menyerah dan menanyakan langsung

saat butuh disemangati

Kamu akan selalu menjadi apa yang ku ekpektasikan dari seseorang yang ku doakan. Caramu yang gelagapan lalu langsung berpikir ketika dengan randomnya aku meminta untuk disemangati, kemudian menyampaikan dengan polosnya bahwa kamu tak mampu menyemangati, karena selama ini kamu selalu disemangati oleh ku. Namun setelahnya, menyiratkan berbagai kalimat menyanjung, seolah menyadarkan bahwa aku yang kamu kenal sehebat itu. Padahal ku yakin tidak. Seterusnya aku akan bersikukuh mengatakan aku tidak sehebat itu. Dan kamu dengan manis mengemas segala ketidakhebatan ku itu menjadi kekuatan terbesar yang unik, yang hanya aku seorang yang mampu mengendalikannya. Lalu lanjutmu, "jika hidupmu itu diberikan padaku, aku adalah orang yang tak akan sanggup menjalaninya." Kau tau, itu adalah kalimat yang paling menguatkanku. Terimakasih, sungguh.