Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

unfaedah convo

Kali ini bukan random chat, tapi beneran random convo pas lagi serius dan tegang campur kesal ngerjain quotation yang error mulu, mba Resti nyamperin. Katanya sih ada yang nitip salam. Tapi gatau deh siapa yang ngaku-ngaku nitip salam itu. Jadi awalnya karena terlalu sering di-cie-cie-in dengan siapapun yang statusnya masih single, entah itu di kantor Subang apa di Tangerang, jadi ya biasa aja. Beneran dianggapnya becanda doang. Sampai yang entah bagaimana asal mula nya, dari becandaan mulai jadi gosip penuh bumbu dan dugaan sana-sini. Mulai dari dugaan zia sudah punya pacar ldr-an di Jepang sampai punya calon pilihan Mama yang sudah siap mengkhitbah setelah lulus MT! Dibawa ketawa aja sih, kok ya dugaannya ngawur banget gitu yang berhembus di luaran sana. Padahal ga pernah cerita apa-apa terkait laki-laki kecuali seperlunya, itu juga cuma sama mba Li, mba Fir, dan mas Zaki. Tau-tau denger gosip punya pacar yang lagi di Jepang tuh asa gimanaa gitu. Takjub sendiri sih, jadi p

Seumpama kisah Ibu

Ditengah hectic-hectic nya ngerjain quotation, Lalu kemimpian yang menurut mama, mimpinya menunjukkan kebimbangan yang sangat, Lalu mulai memasuki fase lelah sendiri dengan cara komunikasi ini, Masih harus ditambah dengan kerinduan pada lingkungan ternyaman: pada Mama-Papa, Ayah-Ibu, Kak Uc-Kujit, Adek, Fik-Veggies-Gracie. Akhirnya terlintas random thought seperti ini: Seandainya aku dan kamu, --yang senantiasa berusaha menanggapi kalimat bersajak ku dengan kemampuanmu berkata-kata, yang jujur saja, seringpula terseok-seok karena bersikeras agar kita ada di satu frekuensi bahasa yang sama- yang bersama, saat ini, mungkin semua kalimat manisku akan berbalas. Hari-hari ku akan penuh dengan puisi. Akan sangat jarang sekali emoticon bermunculan di percakapan kita, bahkan saat aku tengah sedih atau kesalpun, tutur kata yang keluar adalah kalimat yang halus. Kamu akan memutar otak mencoba memahami arti sebenarnya dari kalimatku. Hingga kamu lelah lalu menyerah dan menanyakan langsung

saat butuh disemangati

Kamu akan selalu menjadi apa yang ku ekpektasikan dari seseorang yang ku doakan. Caramu yang gelagapan lalu langsung berpikir ketika dengan randomnya aku meminta untuk disemangati, kemudian menyampaikan dengan polosnya bahwa kamu tak mampu menyemangati, karena selama ini kamu selalu disemangati oleh ku. Namun setelahnya, menyiratkan berbagai kalimat menyanjung, seolah menyadarkan bahwa aku yang kamu kenal sehebat itu. Padahal ku yakin tidak. Seterusnya aku akan bersikukuh mengatakan aku tidak sehebat itu. Dan kamu dengan manis mengemas segala ketidakhebatan ku itu menjadi kekuatan terbesar yang unik, yang hanya aku seorang yang mampu mengendalikannya. Lalu lanjutmu, "jika hidupmu itu diberikan padaku, aku adalah orang yang tak akan sanggup menjalaninya." Kau tau, itu adalah kalimat yang paling menguatkanku. Terimakasih, sungguh.