ada hal yang sangat sensitif untuk diungkapkan kepada seorang penderita penyakit ini, yang kalau menurut z adalah kalimat, "kok sensitif banget sih?"
gosh!
kalimat ini yang mungkin tidak sengaja diucapkan mama di telpon sejam yang lalu. berhasil membuat z sedikit berteriak dan bilang dengan histeris sambil nangis sesenggukan, "mama pikir z mau sensitif kaya gini? mama pikir z mau dengan mudahnya tersinggung cuma karena satu kalimat doang? coba mama jadi diri z, capek ngerasa sensitif kaya gini ma. kalau bisa milih, z pun mau nya tiap hari ketawa terus! kata mama kalau z kecewa z bilang aja, lha ini z udah cerita tapi mama malah nyalahin z, malah mama yang sedih. harusnya z yang hati nya dibesarkan, kenapa malah mama yang jadinya nangis? ini kenapa z dari kemarin-kemarin gak mau ngomongin ini sama mama, z gak mau bikin mama sedih, tapi gimana lah, kalau z gak ngomong z kepikiran terus padahal ini udah mau sidang, capek z ma"
dan sejenak setelah mengucapkan kalimat kekesalan tersebut, semua perasaan bersalah menyelimuti hati. kalimat "harusnya zia jangan sampai lepas kontrol gitu emosi nya ke mama", "harusnya gak boleh ngomong gitu zi ke mama", "astaghfirullah, ziaa..." dan beragam kalimat penyesalan lainnya menghantui perasaan z setelah itu. bahkan hingga telpon ditutup dan berakhir dengan kalimat mama, "minum obatnya malam ini ya nak", z belum sempat minta maaf ke mama atas semua kalimat histeris z tadi.
semoga mama berbesar hati memaafkan semua ucapan dan nada tinggi z tadi. karena jauh di dalam diri z, z pun tidak akan pernah sanggup untuk tidak bercerita ke mama. karena z gak punya manusia lain yang bisa mendengar dan memahami diri z, sebaik yang mama lakukan selama ini.
semoga Allah mengampuni z.
gosh!
kalimat ini yang mungkin tidak sengaja diucapkan mama di telpon sejam yang lalu. berhasil membuat z sedikit berteriak dan bilang dengan histeris sambil nangis sesenggukan, "mama pikir z mau sensitif kaya gini? mama pikir z mau dengan mudahnya tersinggung cuma karena satu kalimat doang? coba mama jadi diri z, capek ngerasa sensitif kaya gini ma. kalau bisa milih, z pun mau nya tiap hari ketawa terus! kata mama kalau z kecewa z bilang aja, lha ini z udah cerita tapi mama malah nyalahin z, malah mama yang sedih. harusnya z yang hati nya dibesarkan, kenapa malah mama yang jadinya nangis? ini kenapa z dari kemarin-kemarin gak mau ngomongin ini sama mama, z gak mau bikin mama sedih, tapi gimana lah, kalau z gak ngomong z kepikiran terus padahal ini udah mau sidang, capek z ma"
dan sejenak setelah mengucapkan kalimat kekesalan tersebut, semua perasaan bersalah menyelimuti hati. kalimat "harusnya zia jangan sampai lepas kontrol gitu emosi nya ke mama", "harusnya gak boleh ngomong gitu zi ke mama", "astaghfirullah, ziaa..." dan beragam kalimat penyesalan lainnya menghantui perasaan z setelah itu. bahkan hingga telpon ditutup dan berakhir dengan kalimat mama, "minum obatnya malam ini ya nak", z belum sempat minta maaf ke mama atas semua kalimat histeris z tadi.
semoga mama berbesar hati memaafkan semua ucapan dan nada tinggi z tadi. karena jauh di dalam diri z, z pun tidak akan pernah sanggup untuk tidak bercerita ke mama. karena z gak punya manusia lain yang bisa mendengar dan memahami diri z, sebaik yang mama lakukan selama ini.
semoga Allah mengampuni z.
Komentar
Posting Komentar
terimakasih sudah membaca ^O^