Langsung ke konten utama

A lullaby: sebuah cerpen

Kemarin setelah dua bulan terakhir seringkali benar-benar merasa lelah mental dan jiwa, butuh untuk dikuatkan, akhirnya mengakui juga. 

"aku capek mas.."

Yang mendengarnya hanya diam, membenarkan posisi nya agar cukup nyaman untukku bersandar, semakin jauh mengantarkan lelah itu untuk dipikulnya pula. 

"kok ga tanya kenapa aku capek?"

Kesalku menanti suaranya yang tak urung muncul. Hanya jemari nya yang sibuk menyelami sela rambutku. 

"capek kenapa?"

Akhirnya dia bertanya. 

"gatau. Aku gatau kenapa"

Gelak tawa nya pecah. "makanya mas gamau tanya kenapa. Pasti gini nih jawabannya" lanjutnya sembari menjawil puncak hidungku. 

Seketika kerucut sempurna, menyerungut sudah wajahku mendengar kalimatnya itu. Namun semakin kucerna pula kalimat tanya itu. 

Sekalimat yang telah dari dulu ingin ku tau jawabnya apa. Karena tak kunjung paham hingga frustasi sendiri, setelah ulang berulang tarikan napas panjang, aku semakin dalam menyurukkan wajah di ceruk lehernya. Memenuhi rongga paru dengan bau keringatnya berbaur sisa cologne dan minyak rambut bayi. Menenangkan semua guruh gemuruh hingga menganak-sungai air mata. Saat itu yang bisa kupahami dan kuakui hanyalah rasa lelah yang luar biasa. Belum kupahami penyebabnya, apalagi cara mengatasinya. 

"bobo istriku... bobo istriku.. kalau tidak bobo digigit nyamuk"

Suaranya bersenandung seirama usap tangannya di punggung. Sepintas kusimak dendangnya, lalu mulai merekah senyum di bibir, semakin dalam wajahku menyuruk tersipu malu. Cukup banyak rasa lelah itu menguap.

"go to sleep... Ooh go to sleep... If you don't sleep the mosquito will bite"

Lanjutnya kali ini dengan versi bahasa inggris yang patah-patah diucap. Beban pikir itu perlahan berganti kantuk yang menggantung di pelupuk. Suara dendangnya yang berat karena diselingi batuk dan usap tangannya yang hangat menjadi relaksasi tersendiri. Hingga di waktu malam belum terlalu genap, sisa suaranya terdengar dan mengaburkan semua beban lelah jiwa. 

"bobo sayang... bobo sayang.. kalau tidak bobo digigit nyamuk"

Postingan populer dari blog ini

tak pernah ada kata terlambat untuk sebuah kado

baru pulang nganterin biank -my blue notebook- ke customer service nya di gatsu tadi. ditemenin sama murobbiah yang baik hati. nyampe dikosan langsung mendadak mellow. belum berapa jam, kosan udah jadi sepi bangeet tanpa biank , ini aja ngeblog pake laptop nya Geu :'( selama seminggu gabisa liat biank, gabisa nonton, gabisa donlod running man dan barefoot friends, gabisa denger playlist gabisa ngerjain paper opa dan gabisa gabisa lainnya. sedih banget, tapi gapapa demi kesehatan biank kedepannya. really miss my lovely biank {} .  kado tampak depan tadi murobbiah yang baik hati ngasih kado ulangtahun, yang udah disiapin lebih dari sebulan yang lalu. tapi karena kitanya jarang banget ketemu akhir akhir ini jadi kado manis itu belum sempat berpindah tangan. dan kado nya lucuuu, jadi sedihh *loh* kertas kado nya sampe udah lecek banget saking udah lama nya tergeletak pasrah di mobil. tapi tentu ga ngurangin esensi ukhuwahnya dan absolutely esensi isi kadonya, tetep cantiik. yip

ala Chef

Hi! Akhirnya update blog lagi. Btw, hari ini masak. Yah biasa sih, kalau dirumah emang harus masak sendiri, karena Mama kerja, pulangnya baru sore, jadi kalau mau makan sesuatu yang masih anget ya masak sendiri. Nanti z ceritain masak apa hari ini. jari luka Tadi waktu masak ada drama! darah di cangkang telor Jadi tadi mau motong jeruk nipis, karena masaknya di toko dan gak ada talenan (alas buat motong) jadi sok-sok an motong sambil megang jeruk nipisnya, terus yah alih-alih motong jeruk nipis malah motong jari telunjuk ^^ Langsung berdarah. Sebenernya luka nya gak begitu dalam, tapi Z  biasanya kalau luka, darahnya susah berhenti. Padahal papa udah bilang, motongnya di meja aja, dialas pakai plastik. Nanti luka jarinya. Dan kejadian. Karena malu, meskipun perih langsung ditutup pakai tissue. Masih sok-sok an gamau bilang, udah ngabisin dua tissue penuh darah segar dan darahnya sampai tumpah ke cangkang telor, terus dialirin air yang banyak banget, tetep aja darahnya

Zia, pekerjaan dan teman.

Tampaknya satu-satunya alasan Zia masih bersosialisasi dan berhubungan dengan orang-orang ditempat kerja adalah bu Siska. Karena masih ada bu Siska. Karena masih punya tempat kembali untuk berkeluh kesah atau sekedar membahas kejadian bersama orang-orang diluar sana. Karena masih ada sosok yang setipikal dan sama, maka apapun yang kita bahas akan mendatangkan pemahaman yang sama tanpa perlu effort lebih untuk menjelaskan terlalu detail. Atau dalam bahasa singkatnya : hubungan mode hemat energi. Jadi bukan masalah besar harus menghadapi orang-orang diluar sana karena toh masih ada tempat untuk recharge energi karena rasa lelah setelahnya. Namun tentu perasaan yakin yang aku tulis diatas baru terasa saat sampai waktunya kita berpisah. Terdengar egois karena seperti Zia kehilangan tempat recharge energi nya, terbaca seperti ini hanya rasa sedih sepihak yang dipaksakan. Entah apa bu Sis merasakan hal yang sama. Semoga apapun yang terjadi diluar sana akan menjadi hal-hal baik untuk bu Sis d