Kemarin setelah dua bulan terakhir seringkali benar-benar merasa lelah mental dan jiwa, butuh untuk dikuatkan, akhirnya mengakui juga.
"aku capek mas.."
Yang mendengarnya hanya diam, membenarkan posisi nya agar cukup nyaman untukku bersandar, semakin jauh mengantarkan lelah itu untuk dipikulnya pula.
"kok ga tanya kenapa aku capek?"
Kesalku menanti suaranya yang tak urung muncul. Hanya jemari nya yang sibuk menyelami sela rambutku.
"capek kenapa?"
Akhirnya dia bertanya.
"gatau. Aku gatau kenapa"
Gelak tawa nya pecah. "makanya mas gamau tanya kenapa. Pasti gini nih jawabannya" lanjutnya sembari menjawil puncak hidungku.
Seketika kerucut sempurna, menyerungut sudah wajahku mendengar kalimatnya itu. Namun semakin kucerna pula kalimat tanya itu.
Sekalimat yang telah dari dulu ingin ku tau jawabnya apa. Karena tak kunjung paham hingga frustasi sendiri, setelah ulang berulang tarikan napas panjang, aku semakin dalam menyurukkan wajah di ceruk lehernya. Memenuhi rongga paru dengan bau keringatnya berbaur sisa cologne dan minyak rambut bayi. Menenangkan semua guruh gemuruh hingga menganak-sungai air mata. Saat itu yang bisa kupahami dan kuakui hanyalah rasa lelah yang luar biasa. Belum kupahami penyebabnya, apalagi cara mengatasinya.
"bobo istriku... bobo istriku.. kalau tidak bobo digigit nyamuk"
Suaranya bersenandung seirama usap tangannya di punggung. Sepintas kusimak dendangnya, lalu mulai merekah senyum di bibir, semakin dalam wajahku menyuruk tersipu malu. Cukup banyak rasa lelah itu menguap.
"go to sleep... Ooh go to sleep... If you don't sleep the mosquito will bite"
Lanjutnya kali ini dengan versi bahasa inggris yang patah-patah diucap. Beban pikir itu perlahan berganti kantuk yang menggantung di pelupuk. Suara dendangnya yang berat karena diselingi batuk dan usap tangannya yang hangat menjadi relaksasi tersendiri. Hingga di waktu malam belum terlalu genap, sisa suaranya terdengar dan mengaburkan semua beban lelah jiwa.
"bobo sayang... bobo sayang.. kalau tidak bobo digigit nyamuk"