"zi, ada undangan dari Rani"
"buat siapa? Mas?"
"buat kita"
Sepotong chat wa malam itu dan sebuah foto undangan bertuliskan Rani & Dedeh menjadi pembuka tulisan kali ini. Setelah lama tak muncul, ada banyak sungguh yang ingin dituliskan, namun acapkali tak menemukan ujung hingga berakhir di folder draft saja.
Om Eko dan Uni, begitu tulisan lainnya di sampul depan undangan. Ada yang menelisik di relung malam itu. Melepas seseorang yang dikenal dalam waktu singkat namun dekat, dan menerima untuk yang pertama, yang di alamatkan berdua. Bersama satu nama lainnya, (semoga menjadi satu-satu nya, dan tak lagi menerima hal lain dengan bersanding pada nama yang lain lagi setelahnya).
Rani si anak SMA, perempuan manis yang suasana hatinya dulu tak serupa apa pun. Bila tersingkap ingin hujan, sedih lah dia. Mengurung diri di kamar, menebar banyak status galau. Bila bahagia, kalah pun toa mesjid dibanding suara ceria nya kala itu. Dari depan gerbang rumah sudah sibuk berteriak heboh, mengabsen abang-abang, om, uni, dan mba nya. Barangkali tau mas pur hingga semua pelanggan nya mas pur suara heboh Rani saat itu. Lain hal bila sikap menyebalkannya naik ke permukaan, sungguh dibuat-buatnya tingkah laku. Entah yang ngambek gak jelas, tidur berjam-jam, masuk kamar banting pintu, atau bahkan kabur ke Jakarta tanpa pamit.
Rani si anak SMA, bocah kecil yang tak pernah kecil secara bentuk. Badan nya berisi, rambut kriwil, mata hampir sipit. Katanya, dia tepat disebut Cina-Jawa. Ada kala nya secara emosi dia tampak dewasa. Sedikit momen itu muncul ketika aku menyuruk di pangkuannya menangis. Atau aku yang terlampau lelah dan memilih untuk diam saja di kamar. Kematangan emosionalnya menuntunnya untuk sejenak menjadi yang menenangkan. Diam mengelus kepala, memeluk, atau sekedar menyampirkan selimut yang alpa ku kenakan saat tidur. Disaat lainnya, dia menjelma menjadi pendengar semua cerita. Sekali dua menyisipkan nasehat yang dikemasnya, tentu saja, dengan bahasa 'kanak-kanak' khas anak SMA. Rasanya menceritakan tentang mas, setelah pada mama, hanya pada Rani cerita paling banyak bermuara. Karena sisi dewasanya itu, Rani yang paling mampu menyikapi dengan baik saat aku menyempil di frame hidupnya, mas, dan lingkungan mereka. Meski tidak terlalu gamblang, Rani mampu menangkap maksud tersembunyi dibalik setiap gestur dan mimik wajah ku saat bercerita. Kesimpulannya, Rani dari sisi dewasa nya adalah Rani yang pengertian.
Mungkin karena kita berbagi banyak kesenangan yang sama: novel, romansa, Kahitna, Perfect by Ed Sheeran, hingga kegalauan tiap pillow talk, maka menjelma lah Rani sebagai yang dekat namun singkat. Mengenalnya dalam waktu singkat, membersamai dalam waktu yang sebentar saja, namun menjadi terikat kuat. Mendapati kabar nya ketika di pinang, adalah rasa mengharu biru menguap di permukaan. Kalau kata orang minang, sabak pun tak terelakkan. Sabak adalah kondisi ketika pelupuk mata berair mengepung sebagian air mata di dalamnya. Sabak karena terharu, sebagian kecilnya karena baper, mendoakan bila masa nya aku merasakan pinangan juga?
Lalu tiba masa nya ketika dia memperkenalkan calon suami nya ke kita, segelintir orang yang telah dianggapnya tak ubah selayaknya keluarga. Mungkin malu atau sungkan. Terlalu pekat hawa dingin canggung dan kikuk saat itu. Si anak kecil rumah kami, datang bersama seseorang yang dengan gagah nya meminang ia di hadapan Bapak. Menyadari bahwa, Rani tidak lah 'se anak kecil' itu. Mas, Ade, mba Ayu dan abang-abang nya shift malam. Hingga singkat saja waktu nya mereka saling mengenal dengan calon suami bungsu rumah ini. Terlebih Mas atau om dalam sapaannya Rani, dia yang paling kekeuh minta Rani untuk unjuk berani mendatangkan si calon suami, namun dia pula yang paling acuh tak acuh, hanya mengamati dari jauh. Dengan kematangan emosi nya Rani menyikapi berimbang. Menemani Dedeh dan memendekkan jarak sang calon suami dengan orang orang lain di hidupnya.
Setelahnya, mengerucut sudah doa uni untuk Rani. Menajam pula nasehat uni. Tak pernah jauh-jauh dari kalimat, "kamu jangan nakal", "inget sama cincin di tangan, udah gaboleh nge-idol lagi", dan kalimat lain senada itu. Hingga hari ini, insyaallah siang ini, kamu akan akad. Melepas status galaumu itu dengan status menikah dan kegalauan lainnya yang insyaAllah berkah. Dedeh adalah orang yang dipilihkan Allah menjawab doa orangtuamu, dan doa mu juga. Jawaban atas saran Mas terdahulu. Dan mungkin penyesalan bagi yang sempat menjadikan Rani sebagai persinggahan saja. Semoga Rani bahagia, di mampukan membentuk keluarga yang rahmatan lil alamin, sakinah mawaddah warrahmah, di lengkapi Allah dengan rezeki lainnya seperti anak yang sholeh sholeha.
Anggaplah tulisan Uni shubuh ini sebagai ganti raga kami yang di belenggu jadwal kerja, hingga harus alpa mendampingi Rani yang sudah manis degdegan naik pelaminan. Uni, Mas, Kakak, bg Edi, bg Rudi, bg Yaskur, bg Risky, Ibnu, Ziky, Aryo, Mba Ega, Mba Ayu, dan Ade, insyaallah sudah pasti mengirimkan doa terbaik kami untuk kelancaran acara kamu hari ini dan kehidupan kamu setelah ini. Sampai ketemu hari Minggu, insyaallah!
Yang ini adalah pesan untuk mas nya kamu Ran, "Kita semua sayang Rani, tolong jaga Rani ya, tolong jaga diri Kamu baik-baik juga ya Deh, supaya kuat ngadepin Rani dan segala ke-absurd-an tingkah nya. Terimakasih sudah menerima kita sepaket sebagai orang-orang yang dikenal Rani dengan dekat. Semoga Allah menguatkan kamu menjadi kepala keluarga yang adil. Ditunggu jagoan dan putri kecilnya, keponakan-keponakan lucu kami 😊"
Peluk hangat,
yang mewakili semua penghuni kosan,
Uni.
💋