Langsung ke konten utama

Sulung

Aku harus banyak bersyukur karena Allah titipkan Mas sebagai suami, sebagai teman berbagi segalanya sepanjang usia pernikahan.

Aku disini, berada jauh dari Kinasih untuk sejenak.
Kembali ke Bandung, bukan dalam rangka menyelesaikan dan menenangkan diri. Namun kembali sebagai yang berusaha menguatkan, tengah menjulurkan tangan sebagai penopang, tengah merendahkan punggung sebagai tempat berpijak adikku yang nyaris tenggelam.

Sejujurnya aku lelah.
Bertemu adik pun aku bingung harus mulai bicara darimana. Aku sudah membuat reka adegan, puluhan kondisi, namun tak satupun yang menemui akhir.
Aku tak tau apakah langkahku benar. 
Rasanya ingin berteriak kencang, aku ini hanya anak perempuan pertama. Akupun tak mengerti dan tak tau bagaimana caranya menyelesaikan semua masalah. Apa semua masalah harus aku lalui?
Apa semua hal harus aku selesaikan?
Tidak bisakah sesekali aku hanya menjadi penonton saja?
Tidak bisakah aku melewatkan beberapa hal?
Haruskah aku bertanggungjawab atas segala sesuatu nya?
Haruskah aku menjadi yang pertama untuk segala hal?
Tidak bisakah orangtuaku saja yang menjadi tameng dan menyelesaikan semua masalah?
Haruskah aku yang ada disana?
Haruskah aku yang menjadi benteng dan kalian didalamnya?
Tidak keliru kah?

Allah pasti punya maksudnya sendiri, mengumpulkan dua insan sulung dengan berbagai problematikanya masing-masing.
Hanya saja, aku pun lelah.

Postingan populer dari blog ini

tak pernah ada kata terlambat untuk sebuah kado

baru pulang nganterin biank -my blue notebook- ke customer service nya di gatsu tadi. ditemenin sama murobbiah yang baik hati. nyampe dikosan langsung mendadak mellow. belum berapa jam, kosan udah jadi sepi bangeet tanpa biank , ini aja ngeblog pake laptop nya Geu :'( selama seminggu gabisa liat biank, gabisa nonton, gabisa donlod running man dan barefoot friends, gabisa denger playlist gabisa ngerjain paper opa dan gabisa gabisa lainnya. sedih banget, tapi gapapa demi kesehatan biank kedepannya. really miss my lovely biank {} .  kado tampak depan tadi murobbiah yang baik hati ngasih kado ulangtahun, yang udah disiapin lebih dari sebulan yang lalu. tapi karena kitanya jarang banget ketemu akhir akhir ini jadi kado manis itu belum sempat berpindah tangan. dan kado nya lucuuu, jadi sedihh *loh* kertas kado nya sampe udah lecek banget saking udah lama nya tergeletak pasrah di mobil. tapi tentu ga ngurangin esensi ukhuwahnya dan absolutely esensi isi kadonya, tetep cantiik. yip

ala Chef

Hi! Akhirnya update blog lagi. Btw, hari ini masak. Yah biasa sih, kalau dirumah emang harus masak sendiri, karena Mama kerja, pulangnya baru sore, jadi kalau mau makan sesuatu yang masih anget ya masak sendiri. Nanti z ceritain masak apa hari ini. jari luka Tadi waktu masak ada drama! darah di cangkang telor Jadi tadi mau motong jeruk nipis, karena masaknya di toko dan gak ada talenan (alas buat motong) jadi sok-sok an motong sambil megang jeruk nipisnya, terus yah alih-alih motong jeruk nipis malah motong jari telunjuk ^^ Langsung berdarah. Sebenernya luka nya gak begitu dalam, tapi Z  biasanya kalau luka, darahnya susah berhenti. Padahal papa udah bilang, motongnya di meja aja, dialas pakai plastik. Nanti luka jarinya. Dan kejadian. Karena malu, meskipun perih langsung ditutup pakai tissue. Masih sok-sok an gamau bilang, udah ngabisin dua tissue penuh darah segar dan darahnya sampai tumpah ke cangkang telor, terus dialirin air yang banyak banget, tetep aja darahnya

Zia, pekerjaan dan teman.

Tampaknya satu-satunya alasan Zia masih bersosialisasi dan berhubungan dengan orang-orang ditempat kerja adalah bu Siska. Karena masih ada bu Siska. Karena masih punya tempat kembali untuk berkeluh kesah atau sekedar membahas kejadian bersama orang-orang diluar sana. Karena masih ada sosok yang setipikal dan sama, maka apapun yang kita bahas akan mendatangkan pemahaman yang sama tanpa perlu effort lebih untuk menjelaskan terlalu detail. Atau dalam bahasa singkatnya : hubungan mode hemat energi. Jadi bukan masalah besar harus menghadapi orang-orang diluar sana karena toh masih ada tempat untuk recharge energi karena rasa lelah setelahnya. Namun tentu perasaan yakin yang aku tulis diatas baru terasa saat sampai waktunya kita berpisah. Terdengar egois karena seperti Zia kehilangan tempat recharge energi nya, terbaca seperti ini hanya rasa sedih sepihak yang dipaksakan. Entah apa bu Sis merasakan hal yang sama. Semoga apapun yang terjadi diluar sana akan menjadi hal-hal baik untuk bu Sis d