Untuk diri yang mencintai kata-kata, hidup diantara yang tidak mampu membaca adalah sebuah kesialan yang menjadi candu.
Kamu tau itu menyesakkan, tapi kamu selalu suka menantang diri sendiri sambil bilang, 'i can handle this'.
Mengutip sebuah judul lagu minang yang gak sengaja mengalun saat menuliskan ini, "Kadang antahlah tapi baalah"
Sekali waktu ada momen lelah banget. Banyak kalimat-kalimat sudah dituliskan tapi kemudian urung diungkapkan. Belum dirilis saja, sudah terbayang reaksi dari orang-orang yang tak mampu membaca.
'Jangan curhat di sosmed, gak baik'
'Jangan cengeng, mengeluh tidak membuat semua jadi selesai'
'Apasih lebay banget. Gitu aja sedih'
'Banyak yang lebih susah dari itu'
Lalu akhirnya kalimat-kalimat jadi terpangkas. Kata-kata mulai banyak yang hilang.
Lalu lagu Minang lainnya yang tengah mengalun di akhir tulisan ini,
'Mandi ka lubuak mandalian
Udang disangko tali tali
Mabuak untuang jo parasaian
Patang disangko pagi hari
Urang padang mandi ka gurun
Mandi batimbo bungo lado
Ondeh ondeh
Lah laruik sanjo
Hari patang matohari turun
Dagang baurai aia mato'