Roller coaster |
- aku sakit
- kamu sakit
- mengevaluasi apa yang sudah terlalui
saling melempar tanya "berapa IP kemarin?", "apa maksudnya mawar hitam ditulisan mu?, “cerita apa aja ke mama?”, “siapa aja yang tau tentang ini?” menjadi semacam bermain roaller coaster kata-kata. dimana ada saatnya mendaki ketinggian perlahan dan penuh ketegangan, lantas meluncur dengan kecepatan tinggi dan penuh euforia. berteriak, tertawa bercampur takut dan puas.
sesaat menuju puncak, kamu bertanya, "dari sejak terakhir kali ke Bandung sampai sekarang apa yang kamu ngga suka?" aku diam. mengalihkan ke banyak hal lain meski akhirnya tidak bisa mengelak lagi. aku jawab, "aku tidak suka kamu yang jauh, namun aku tidak bisa merubah apa-apa untuk itu. aku tidak suka kamu yang jarang memberi kabar, meski telah berulang kali aku katakan "setidaknya jika kamu sibuk dan tidak akan bisa menghubungi dalam beberapa waktu, kamu bilang. jadi aku tidak harus sibuk mencari dan menduga atau bahkan kesal sendiri" aku tidak suka saat komunikasi kita hanya seputar tiga pertanyaan, sedang apa, lagi dimana dan sudah makan. seringkali aku berfikir, benar kamu akan selalu bertanya pertama, namun aku adalah pihak yang selalu membuka pembicaraan pertama. menceritakan banyak hal. karena aku ingin kamu melihat, ini hariku, ini temanku, ini orang-orang yang aku sayang, ini yang terjadi kepadaku. dan sayangnya kamu sangat jarang sekali memberi aku kesempatan dengan porsi yang seimbang.”
aku selesai dengan jawabanku, lantas menuntut jawabmu. kamu terdiam, panjang. lalu menghela napas, "aku tidak suka saat tau kamu sakit. tidak pernah suka saat aku tidak ada ketika seharusnya ada. tidak suka saat aku seharusnya bisa mengingatkan, sehingga paling tidak bisa mencegah kemungkinan kamu terluka, sakit atau merasa tidak nyaman dengan suatu kejadian."
kamu selesai dengan jawabanmu. giliran aku yang terdiam lebih lama. jawabanmu seperti mengantarkan kita pada pemberhentian rollercoaster ini. meninggalkan aku yang tergugu dengan sisa kecemasan dan wajah pucat pasi. kamu mengkhawatirkan aku sedangkan aku masih sibuk larut mencemaskan hatiku sendiri.
ketika telah tiba saatnya kita harus turun meninggalkan rollercoaster ini, aku menjadi sedih. kamu menyadari hal itu. menyadari perubahan nada suaraku kemudian sibuk membujuk, ”akan segera ada waktu ketika kita tidak hanya sekedar bermain rollercoaster kata-kata, tapi dengan rollercoaster sungguhan, bahkan lebih. menikmati bintang dan bulan yang selalu kamu suka, menanti tetes hujan turun, mencicipi berbagai eskrim dan coklat atau berburu doraemon yang selalu kamu inginkan. bisakah kamu mempercayaiku dan menunggu sedikit lagi? tolong, tersenyumlah (kemudian kamu tertawa sendiri, menyadari kita sedang terpisah jarak beberapa puluh kilometer. tersambung melalui sinyal telepon, maka tidak mungkin untuk menatapku tersenyum) paling tidak tertawalah”
aku tertawa karena jokes mu selanjutnya sebelum kita benar-benar mengakhiri pertukaran suara siang ini. aku rindu, tentu. katamu, kamu juga sama. tapi setidaknya kita berdua paham, lebih dari 60menit ini sudah menguapkan banyak dari rindu-rindu yang kita tabung.
"aku diam, kamu diam dan kita berdua sama-sama paham" (bg Mireza Fitriadi)***
terinspirasi menuliskan cerita ini setelah membaca statusnya bg Kojak (Mireza Fitriadi - Hukum UGM ‘10)
dan membaca ulang novel Dee - Recto Verso
Komentar
Posting Komentar
terimakasih sudah membaca ^O^