memasuki awal kehidupan babak baru itu rasanya gamang.
dulu waktu pindah dari SD Teladan Pekanbaru ke SDN 10 Duri sempat drop beberapa bulan karena suara gurunya terlalu keras dengan logat batak gitu. ngerasa di bentak, padahal emang logat alamiah nya beliau seperti itu, tanpa bermaksud membentak dan ngebuat z takut.
waktu baru masuk SMP sempat gak mau sekolah gara-gara ada senior yang rese.karena z itu tipe yang damai alias kalau digencet gak bisa ngebalas dan nyimpen semua sendiri sampai akhirnya gak kuat dan nangis terus. plus jadi takut ketemu senior itu.
waktu SMA, udah mulai gede. senior bukan sebuah masalah yang besar.
tahun pertama sekolah z di asrama, karena peraturannya emang gitu. untuk anak-anak yang luar Sumbar harus asrama. dan kalau mau sampai tamat di asrama harus masuk IPA. dan penting untuk digarisbawhi cara belajar di Sumbar tidak sama dengan cara belajar di Riau, terutama di sekolah swasta tempat z SMP dulu. di Mutiara. di SMA semua serba cepat,semua serba mencari sendiri, buku paket bahasa Inggris (beberapa), banyak tugas dan banyak acara serta baru mulai puber. di Mutir,semua dimanja. deket banget sama guru, belajar itu seperti disuapin. diajarin pelan-pelan sampai ngerti.
dengan berbagai macam masalah, z gak sanggup waktu itu bertahan lebih lama di IPA. akhirnya milih ke IPS dan ngekos dan alhamdulillah sepertinya emang disana jalan Z.
dulu masa awal SMA adalah masa yang suraaam banget. nilai berantakan, hubungan sosial juga gak kaah ancurnya. tiap malem nelpon mama ber jam-jam cuma buat nangis tanpa mengucapkan kalimat-kalimat apapun sebagai penjelas tangisan. sempat sering keluar masuk rumah sakit juga gara-gara sesak nafas. dan paling parah sampai berniat mundur, alias pindah sekolah. balik ke Riau.
untungnya gak jadi, disaat yang sama ketika masa-masa sulit itu terjadi ada bahu yang menopang z, memberi izin untuk bersandar sejenak. ada yang rela menunggui z menangis lama-lama sehabis sholat kemudian memberikan nasihat, motivasi dan kalimat-kalimat yang menenangkan. tanpa harus membuat z semakin sedih.
sejak saat itu z menjadikannya teladan.
tempat mengadu ketika benar-benar sudah lelah dan nyaris ingin mundur.
menuliskan setiap nasihatnya dan membagikannya kepada adik-adik z yang mengalami kepayahan yang dulu sempat z rasakan.
senantiasa bahagia dan bersyukur karena diberi kesempatan dan dipertemukan dengannya.
sampai saat ini pun masih tetap mendengarkan dengan takzim apa yang ia katakan
bahkan untuk kuliah pun, disaat pilihan pertama z mentok berasa sulit untuk dicapai, ia adalah alasan yang z jadikan penguat agar mendapat izin dari mama.
ia sosok yang z sayang,
yang membuat z selalu ingin memaksakan diri menjadi adiknya,
selalu
senantiasa menjadi wajah penting yang z bayangkan dalam doa
----
"andai dia tahu...."
kahitna-andai dia tahu
Komentar
Posting Komentar
terimakasih sudah membaca ^O^