ketika terikat dalam suatu ikatan pekerjaan kita dituntut untuk profesional. menghadapi semua pekerjaan, masalah dan tantangan yang datang silih berganti. kuliah, adalah masa ketika semua hal dituntut untuk profesional. orang lain sulit sekali menerima alasan atau excuse kita terhadap satu dua hal.
meski tidak bisa dipungkiri ketika terikat suatu komitmen orang akan lebih maksimal menjalani komitmen tersebut apabila ada rasa nyaman, sense of belonging yang kuat baik terhadap pekerjaannya ataupun terhadap orang lain yang juga turut ada membangun komitmen tersebut.
z adalah tipe individu yang bisa kerja profesional namun akan lebih maksimal lagi saat komitmen terhadap pekerjaan itu diikuti dengan rasa nyaman berada di lingkungan tersebut. ketika lingkungannya sudah mulai tidak nyaman, z masih bisa menyelesaikan pekerjaan atas komitmen yang sudah z buat namun itu z jalani semata-mata hanyalah karena menjalankan dan menjaga komitmen adalah sebuah kewajiban, bukan karena z senang dan menikmati apa yang z kerjakan.
lingkungan tentu punya pengaruh yang tidak sedikit terhadap motivasi orang dalam menjalani komitmen. pun wajar saat orang-orang yang terikat suatu komitmen tidak berjalan mulus hubungannya. apakah komitmen itu akan hancur begitu saja? bagi sebagian orang yang tidak bisa mempertahankan pasti hancur, namun ada sebagian orang yang mampu tetap menjaga komitmen tersebut meski lingkungannya tidak nyaman. maka wajar saja ia -mereka yang merasa tidak nyaman- acapkali tidak mau ikut terlibat banyak dalam berbagai kegiatan yang tidak terkait dengan pekerjaannya. karena rasa tidak nyaman itu benar-benar mengganggu. istilahnya gini dari pada ikut dan makan hati atau tidak bisa menikmati mending gak usah ikut sama sekali. at least waktu nya bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.
salahkah jika ada yang berpikiran seperti itu? kalau dari sudut pandang z tidak salah. karena toh setiap orang meskipun terikat dengan suatu komitmen tetap punya hak untuk menerima dan menolak apa yang membuatnya menjadi tidak nyaman. lantas bagaimana? apakah mungkin rasa tidak nyaman di lingkungan komitmen dibiarkan begitu saja? salah-salah salah satu pihak, entah yang merasa tidak nyaman atau yang membuat tidak nyaman menjadi jengah dan lelah sendiri karena sekedar bekerja memenuhi kewajiban tapi tidak menikmati pekerjaannya. menurut hemat z, sebaiknya lingkungan komitmen ini harus segera menemukan titik tolak asal muasal rasa tidak nyaman diantara mereka. disini lah letak pentingnya komunikasi yang baik serta peran pemimpin yang mampu mengayomi dengan bijaksana.
perlu diingat karena komunikasi adalah perihal dua arah. masing-masing pihak harus terbuka terhadap kemungkinan yang ada, entah itu di kritik, tidak disukai, atau dituntut untuk bersikap seperti ini dan itu. kalaulah yang berniat baik dalam artian menerima kemungkinan diatas hanya satu pihak, maka masalah ketidaknyamanan dalam lingkungan komitmen ini tidak akan selesai. plus ada lagi catatan penting dalam keterbukaan ini adalah prinsip bahwa tidak ada individu yang sempurna dan orang lain menilai kita atas apa yang kita tunjukkan bukan apa yang sebenarnya ada dalam diri kita. get it?
z mengibaratkan permasalahan tidak nyaman dalam lingkungan komitmen ini sebagai sebuah jerawat. ketika pecah/meletus rasa nya sakit dan nyeri, namun ketika sudah melewati masa nyeri sedikit itu ia akan berangsur membaik. benar jerawat akan meninggalkan bekas, tapi seiring berjalannya waktu dan perawatan yang baik bekas nya akan turut hilang dan wajah pun menjadi bersih kembali.
seperti itu lah lingkungan komitmen, ketika ada yang merasa tidak nyaman kemudian dipertemukan dan dikomunikasikan, bisa jadi akan menimbulkan banyak kritik, rasa tidak suka dan tuntutan untuk bersikap seperti ini itu, namun saat pengkomunikasian selesai, rasa tidak nyaman tadi akan berkurang hebat karena masing-masing pihak sudah terlihat titik temu nya. bukan tidak mungkin setelah itu pihak yang merasa tidak nyaman akan berjauhan namun kemungkinan keduanya akan semakin dekat juga besar peluangnya karena sedikit banyaknya sudah saling mengerti.
seperti itulah, ini sekedar opini z. beranjak dari permasalah lingkungan komitmen yang juga z alami, berharap semoga permasalahan itu bisa segera diselesaikan. bukan dengan sikap kekanak-kanakan tapi dengan pikiran yang lebih terbuka. status menentukan bagaimana sikap kita yang baik dan benar di mata orang lain, dan saat ini statusnya sebagai mahasiswa maka sudah kurang pantas lagi penyelesaian masalah dengan pengucilan, gosip, sindir menyindir, sinis-sinisan, berprasangka atau yang sejenisnya.